Long Life Education in Islam


Landasan Belajar sepanjang hayat
Belajar sepanjang hayat merupakan kewajiban setiap manusia tidak mengenal usia, status, ruang dan waktu serta yang lainnya. Konsep belajar sepanjang hayat sesungguhnya telah lama ada dalam ajaran Islam sesuai dengan hadis yang berbunyi:
اُطْلُبُوُا العِلْمَ مِنَ المَهْدِ اِلىَ اللََّحْدِ
artinya :”Tuntutlah ilmu oleh kalian mulai sejak di buaian hingga liang lahat”. (Al-hadis)
Dengan memperhatikan hadits tersebut, dapat dipahami bahwa aktivitas belajar sepanjang hayat memang telah menjadi bagian dan kehidupan kaum muslimin. Islam yang mengajarkan tentang pola belajar yang memang seharusnya diusahakan oleh manusia dalam sepanjang hayatnya (long life education). Mengetahui hukum-hukum yang berkaitan dengan aktivitas kita sehari-hari adalah wajib hukumnya, sehingga Islam mendorong umatnya untuk menjadi umat yang cerdas dalam memandang kehidupan, problematika, dan solusinya.
Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam: “Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan”. (HR.Ibn Abdulbari)
Dari hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dangan ‘aqaid dan ibadat, baik yang berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup.
Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam. bersabda :
“Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Menurut Al-Qur’an, semua pengetahuan dating dari Allah SWT. Konferensi Internasional tentang Pendidikan Islam tahun 1980 membuat rekomendasi sebagai berikut ;
“Semua pengetahuan datang dari Allah. Sebagian diwahyukan kepada orang yang dipilihnya, sebagian lain deperoleh manusia dengan menggunakan indera, akal, dan hatinya. Pengetahuan diwahyukan mempunyai kebenaran absolute sedangkan pengetahuan yang diperoleh, kebenarannya tidak mutlak.” (King Abdul Aziz University).
Dalam kenyataan sejarah, kedua macam pengetahuan ini selalu dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan islam. Ibn Khaldun menyebutkan dengan istilah “pengetahuan naqliyah” (diwahyukan) dan “pengetahuan aqliyah (dipikirkan).Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah Subhanahu Wa Ta ‘ala.Demikian pula Islam mewajibkan kita menuntut ilmu akhirat yang menghasilkan natijah, yakni ilmu yang diamalkan sesuai dengan perintah-perintah syara’.Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu adakalanya wajib ‘ain dan adakalnya wajib kifayah.
Ilmu yang wajib ‘ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan ‘aqidah yang wajib dipercayai oleh seluruh muslimin ; dan yang perlu di ketahui untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Disamping itu perlu dipelajari ilmu akhlak untuk mengetahui adab sopan santun yang perlu kita laksanakan dan tingkah laku yang harus kita tinggalkan. Disamping itu harus pula mengetahui kepandaian dan keterampilan yang menjadi tonggak hidupnya.
Adapun pekerjaan-pekerjaan yang tidak dikerjakan sehari-hari maka di wajibkan mempelajarinya kalau di kehendaki akan melaksanakannya, seperti seseorang yang hendak memasuki gapura pernikahan, seperti syarat-syarat dan rukun-rukunnya dan segala yang di haramkan dan dihalalkan dalam menggauli istrinya. Sedang ilmu yang wajib kifayah hukum mempelajarinya, ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya.
Sedangkan secara umum, gerakan belajar sepanjang hayat itu baru dipublikasikan di sekitar tahun 1970, ketika UNESCO menyebutnya sebagai tahun Pendidikan Internasional (International Education Year). Karena pada tahun itu dilontarkan berbagai isu pembaharuan dalam falsafah dan konsep tentang pendidikan. Latar belakang munculnya gagasan ini ialah rasa kurang puas terhadap pelaksanaan belajar melalui sistem sekolah, yang dikatakan memperlebar jurang antara yang kaya dan yang miskin. Secara eksplisit gagasan ini dilontarkan oleh Paul Lengrand dalam bukunya yang beijudul An Introduction to life Long Education.
Dari landasan diatas maka sesungguhnya pembelajaran sepanjang hayat sangat dibutuhkan oleh setiap manusia yang menyadari akan pentingnya sebuah pengetahuan. Belajar sepanjang hayat bisa dalam pendidikan formal maupun non formal.
  • Belajar Sepanjang hayat memiliki tiga aspek
Belajar sepanjang hayat dilakukan dari tiga aspek lingkungan belajar. Yaitu belajar sepanjang hayat dalam lingkungan keluarga, dalam pendidikan formal, dan dalam pendidikan non formal.
1.       Belajar sepanjang hayat dalam lingkungan keluarga
Tempat belajar yang pertama bagi seorang manusia adalah lingkungan keluaraga, pada tapa inilah tahap yang paling menentukan seorang anak untuk memulai pembelajaran dalam keluarganya. Khususnya dalam ajaran Islam pembelajaran sudah dimulai ketika seorang bayi masih berada dalam rahimnya, dalam konsep ini jelas bahwa Islam memang sangat memperhatikan umatnya untuk senantiasa belajar. Kemudian dalam Islam dijelaskan berdasarkan hadis Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah maka kedua orang tuanyalah yg menjadikannya sebagai Yahudi Nasrani atau Majusi.” Dalam hadis ini jelas bahwa peran orang tua dalam keluarga sangatlah penting untuk mendidik putra-putrinya, orang tuanyalah yang akan membentuk pribadi anaknya dalam lingkungan keluarga. Belajar sepanjang hayat dalam lingkungan keluarga menurut penulis bisa dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :
·            Belajar pada masa balita
Dalam masa balita orang tua mulai bisa mengajarkan kepada anaknya, sesuai dengan kemampuan serta fase perkembanganya. Misalnya dengan mengajarkan atau melatih anak untuk bisa merangkak, kemudian berdiri, berjalan walaupun pembelajaran seperti ini bisa terjadi secara alami tapi tetap membutuhkan perhatian khusus dari orang tua. Selain itu pada masa balita bisa dilakukan pembelajaran seperti mengucapkan kalimat atau kata sederhana serta belajar bicara dan lain sebagainya.
·            Belajar pada masa kanak-kanak
Dalam fase ini orang tua mempunyai peranan penting untuk memberikan pembelajaran pada anak-anaknya, orang tua mulai memberikan pembelajaran misalnya bagaimana mereka menggunakan pakaian atau melepaskannya, mebiasakan anak untuk hidup disiplin dengan cara memberikan contoh misalnya dengan berangkat dan pulang sekolah tepat waktu, belajar dan bermain sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan. Pada masa ini pembelajaran mengenai hidup bersih juga bisa mulai diberikan misalnya dengan mandi, menggosok gigi, mencuci tangan, membuang sampah pada tempatnya, dan lain sebagainya. Dalam fase ini orang tua bukan hanya memberikan pembelajaran tetapi harus bisa memberikan contoh karena cenderung seorang anak biasanya melakukan sesuatu dari apa yang dilihatnya. Pada masa ini pembentukan karakter juga bisa diberikan misalnya dengan mencium tangan orang tua ketika berangkat dan pulang sekolah disertai mengucapkan salam, menghormati yang lebih tua, membiasakan sholat lima waktu dan lain sebagainya.
·            Belajar pada masa remaja
Masa remaja merupakan masa yang paling rentang, pada fase ini seorang anak cenderung mempunyai sifat labil, oleh sebab itu peranan orang tua dalam memberikan pembelajaran dalam lingkungan keluarga sangatlah penting. Agar pada masa ini bisa berkembang dengan baik, tanpa terpengaruh oleh lingkungan luar, terpengaruh oleng teman-teman bergaulnya. Pada masa ini konsep pembelajaran sepanjang hayat mempunyai peranan penting karena dalam fase ini pula seorang anak akan mulai mencari jati dirinya, mulai mengenal dunia pergaulan, dan cenderung memiliki keinginan untuk punya kebebasan dalam melakukan sesuatu. Pembelajaran disiplin dan pengwasan serta perhatian dari orang tua sangatlah penting agar anak bisa melakukan aktivitas-aktivitas yang positif serta berkembang secara normal.
·            Belajar pada masa dewasa
Konsep belajar sepanjang hayat pada masa dewasa merupakan masa yang penting dilakukan dalam lingkungan keluarga. Pada fase ini seorang anak remaja yang berkembang menjadi manusia dewasa mulai mengenal jati dirinya, bahkan memilki karakter tersendiri. Pada masa ini pula biasanya kecenderungan seseorang untuk menyudahi belajar sangat dominan khususnya perempuan. Diawali selesai masa kuliah, kemudian menikah, punya anak dan memilki keluaraga. Pada masa-masa ini seseorang cenderung lebih memetingkan keluarga, pekerjaan dibadingkan dengan belajarnya. Padahal pada masa ini pembelajaran masih tetap bisa dijalankan. Oleh sebab itu dalam lingkungan keluarga ini orang tua harus bisa memberikan pemahan kepada anak-ankanya agar terus belajar sepanjang hidupnya, baik belajar formal maupun non formal.
·            Belajar pada masa tua atau usia lanjut dalam lingkungan keluarga
Konsep pembelajaran dalam Islam bahwa belajar tidak mengenal usia, sesuai dengan hadis yang ada pada landasan diatas. Maka sesunggunya pada usia ini seseorang harus tetap belajar, yang tentunya dilakukan dalam keluarga. Pada masa ini orang tua bisa belajar pada anak-anaknya atau pada masa ini orang tua memberikan pembeljaran pada anak-anaknya. Karena sesunggunya belajar sepanjang hayat bukan hanya belajar tapi juga memberikan pembelajaran. Orang tua yang memilki banyak ilmu maka ia akan semakin bijak dalam mengambil keputusan dalam setiap masalah yang dihadapi dalam hidupnya.
2.          Belajar sepanjang hayat dalam pendidikan Formal
Belajar sepanjang hayat sangatlah dibutuhkan setiap individu yang membutuhkan ilmu pengetahuan, orang yang menyadari akan pentingnya arti sebuah ilmu maka ia akan berusaha untuk terus melanjutkan pendidikannya sampai dengan jenjang yang paling tinggi sesuai dengan kemampuan yang dimilkinya. Didalam ajaran Islam sesunggunya mencari ilmu pengetahuan adalah kewajiban. Sesuai dengan hadist Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam, “ Sesungguhnya menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim baik laki-laki atau perempuan “ (HR. Ibnu Majah). Dalam hadis ini sangat tegas di sebutkan atas kewajiban seorang muslim oleh sebab itu apabila kewajiban ini tidak dilakukan oleh seorang muslim maka hukumnya adalah dosa. Dalam hadis yang lain Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam, mengatakan “Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke syorga”. (HR. Muslim). Sungguh luar biasa bagi orang yang menuntut ilmu pengetahuan yaitu baginya akan dimudahkan jalan menuju surga, oleh sebab itu dengan hadis ini muda-mudahan kita akan semakin termotivasi, karena mendapat keridhoan Allah dan masuk surga adalah dambaan bagi setiap manusia.
Pembelajaran sepanjang hayat (Long Life education) dalam pendidikan formal, adalah pembelajaran yang sistematis dan terencana, memilki tujuan – tujuan khusus sesuai dengan bakat, kemampuan atau jurusan yang diminati oleh pembelajar. Yang termasuk dalam pendidikan formal adalah dari tingkat taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, perguruan tinggi, D1, D2, D3, S1,S2, dan S3. Pada pendidikan formal setelah seseorang meyelesaikan program sekolah menegah atas atau kejuruan, setiap orang diperbolehkan untuk mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi, tak mengenal usia, jenis kelamin, suku dan golongan. Oleh sebab itu hal ini berlaku sampai kapanpun selama sesorang masih memilki keinginan untuk belajar maka selama itu pula banyak kesempatan bagi setiap orang untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Maka tidak heran kita sering melihat atau mendengar orang yang sudah berusia tua ada di antara sebagian mereka masih melanjutkan kuliahnya ada yang S1, S2 dan S3. itu artinya pendidikan sepanjang hayat ini memang relevan bagi setiap orang, setiap orang punya kesempatan yang sama, asalkan mempunyai keinginan dan kemampuan.



3.       Belajar sepanjang hayat dalam pendidikan Non Formal
Belajar tidak mengenal usia, waktu dan tempat, dimanapun kapanpun kita bisa belajar dari kehidupan ini. Belajar tidak harus dibangku sekolah atau pendidikan formal serta berizazah, tetapi belajar bisa dimana saja, dari berbagai sumber yang berisi tentang pengetahuan. Banyak orang yang belajar ototidak (belajar sendiri) namun mereka lebih berhasil dari orang-orang yang berpendidikan formal, itu artinya belum tentu orang yang berpendidikan formal bisa lebih sukses daripada orang yang tidak berpendidikan formal. Sesungguhnya yang membuat orang menjadi sukses adalah kemampuannya beradaptasi dengan orang lain, komunikatif, pandai begaul, punya kemauan keras dan tentunya skil tidak kalah penting.
Pendidikan non formal tidak mengenal ruang dan waktu, setiap orang bisa belajar kapanpun, orang bisa belajar dari apa yang dilihatnya, di dengarnya, dirasakannya, dialaminya dan lain sebagainya. Konsep pendidikan sepajang hayat pada pendidikan non formal lebih luas dari yang lainnya. Pendidikan non formal ini bisa dilakukan seperti kelompok belajar, organisasi, tempat kursus atau pelatihan, atau ditempat – tempat pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak. Oleh sebab itu sudah seharusnya setiap orang harus terus belajar dari setiap perjalanan hidupnya sampai ajal menjemputnya. Karena ilmu pengetahuan sangat berguna bagi setiap orang walalupun bagi orang yang sudah berusia lanjut sekalipun. Dalam islam dikatakan Allah akan mengangkat orang – orang yang berilmu dan beriman beberapa derajat, itu artinya betapa Allah menghargai orang yang berilmu karena dengan ilmu pula orang akan lebih mampu mengenal Allah dan lebih banyak mendekatkan diri padanya dengan ritual-ritual ibadah.
Dilihat dari segi ibadah, menuntut ilmu itu sangat tinggi nilai dan pahalanya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
“Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi (maupun petang), kemudian mempelajari satu ayat dari Kitab Allah (Al-Quran), maka pahalanya lebih baik daripada ibadat satu tahun”.
Menuntut ilmu sendiri sangat tinggi nilainya dilihat dari segi ibadah dikarenakan amal ibadah yang tidak dilandasi dengan ilmu yang berhubungan dengan itu, akan sia-sialah amalnya. Menurut Syaikh Ibnu Ruslan :
“Siapa saja yang beramal (melaksanakan amal ibadat) tanpa ilmu, maka segala amalnya akan ditolak, yakni tidak diterima”.
Nabi diutus ke dunia ini pun dengan tugas mengajar, sebagaimana sabdanya:
“Aku diutus ini, untuk menjadi pengajar”.(HR. Baihaqi).
Mengingat pentingnya penyebaran ilmu pengetahuan kepada manusia / masyarakat agar mereka tidak dalam kebodohan dan kegelapan, maka diperlukan kesadaran bagi para mualim, guru dan ulama, untuk beringan tangan menuntun mereka menuju kebahagian dunia dan akhirat. Bagi para guru dan ulama yang suka menyembunyikan ilmunya, mendapat ancaman, sebagaimana sabda Nabi:
”Barang siapa ditanya tentang sesuatu ilmu, kemudian menyembunyikan (tidak mau memberikan jawabannya), maka Allah akan mengekangkan (mulutnya), kelak dihari kiamat dengan kekangan ( kendali) dari api neraka”.(HR Ahmad).
Berbicara tentang sistem pendidikan Islam tidak lepas dari sistem pendidikan yang pernah dipraktekkan oleh Rasulullah saw. Dalam mengemban misi kerasulannya di muka bumi ini. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 151:
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولاً مِّنكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمْ تَكُونُواْ تَعْلَمُونَ
Artinya : Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami Telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.
Berdasarkan ayat di atas, ada empat pendekatan yang digunakan nabi Muhammad SAW dalam mengemban misi sebagai pembawa risalah dimuka bumi ini dalam rangka mengembangkan dan menyiarkan Islam, yaitu :
1.             Pendekatan tilawah
2.             Takziyah
3.             Ta’lim
4.             Al-kitab
5.             Ta’lim al hikmah

Komentar

Posting Komentar